Datanglah aku ke Padang Bintang ditemani langit hitam dan kelam.
Hitam dan kelam? Tentu saja! Bintang hanya terlihat ketika malam.
Pada saat itu bintang berlomba memancarkan sinarnya. Ada yang merah, ada yang hijau, ada yang biru, ada yang merah kebiruan dan gradasi hijau yang terlalu merah.
Pada saat ini cahayanya menjadi hiperbola. Terjebak dalam euforia manusia dengan semesta.
Untuk melihat Padang Bintang, aku harus berbaring di dinginnya tanah.
Melayangkan imajinasi setinggi-tingginya ke dunia tanpa batas.
Aku melayang bersama bintang dengan kecepatan satu milliar cahaya menuju Pluto.
Galaksi adalah teka-teki. Bimasakti adalah misteri. Tidak ada yang tahu mengapa Pluto pergi.
Kemudian aku melayang bersama bintang di ruang hampa ditaburi berlian-berlian hasil pecahan dari planet-planet.
Aku terbang mengikuti garis orbit satelit yang sudah ditakdirkan.
Hanya aku dan bintang yang dapat melakukannya.Padang Bintang, tempat yang syahdu dipenuhi romantisme semesta untuk melayang.
Menghampiri hal-hal yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Tanpa terkekang! Tanpa ada yang menentang!Semuanya ada di Padang Bintang